Blogger Widgets

Selasa, 25 Februari 2014

Puisi "Kata" Karya Kaita Rinda

KATA
Karya: Kaita Rinda

Kataku. .
Kali ini kutengok gunung
Menjulang tinggi, didaki dengan senang hati
Diabadikan bersama potret diri
Hijaunya simbol kedamaian
Damai memang, bahkan angin tak mampu mengusiknya

Katamu. .
Tiba-tiba gemuruh malam membuat hijaunya perlahan memerah
Semakin merah tatkala isinya tumpah ke permukaan
Tak lagi disanjung seperti dulu
Banyak yang takut dan menghindar

Katanya. .
Itu bukan kemarahan
Hanya luapan kekecewaan
Akibat penghianatan
Katanya. .

Kata kita. .
Salah siapa sekarang?
Makhluk terdahulu ataukah masa kini?
Dongeng belaka ataukah kebobrokan moral manusia?
Atau mungkin alam hanya ingin bermain-main

Sabtu, 22 Februari 2014

Puisi Gemuruh Kelud Karya: Muslih Ridwan Fauzi

Gemuruh Kelud
Karya: Muslih Ridwan Fauzi
(Siswa SMK Teknik PAL Surabaya)

Kelud batuk
Menebar virus batuk
Diam, tetap di tempat
Namun garang suaranya

Bukan marah, tapi berduka
Ini hidupku, mungkin tak kau kira
Umurku, tinggal sejenak
Aktif, pasif, akhirnya mati

Rabu, 19 Februari 2014

Puisi karya bintang-bintang cilik peduli bencana

Gunung Meletus
Karya: Fika S.Y
Kelas 5A SDN Rungkut Menanggal II 583

Pada malam Kamis kau meletus
Mengeluarkan asap dan menyebar dimana-mana
Di Solo, Surabaya, Jogja, dan dimana-mana
Lalu aku pun memakai masker
Tak bisa bernafas
Mataku sakit
Aku lalu berdoa
Ya Tuhan, tolong hentikan
Letusan gunung ini
Akhirnya
Terima kasih Tuhan
Kau telah menghentikannya
Lewat berita kemarin
Di Surat kabar

Gunungku
Karya: Fikri Nur A.P.
SDN Rungkut Menanggal II

Gunungku
Bagiku kau adalah kehidupanku
Jika tiada kau dunia akan panas dan hampa
Gunungku
Mengapa engkau meletus begitu saja
Sudah banyak orang kau jadikan korban
Gunungku
Aku sudah mengerti dengan keadaanmu sekarang
Kau telah memuntahkan lahar, abu, lava, asap dan batu
Oh Gunungku
Aku berterima kasih padamu
Karena kau telah menyejukkan duniaku
Terima kasih gunung


Banjir
Karya Dafal SDN Kalirungkut I Kelas 4A
Air mengalir
Deras sekali
Rumah-rumah
Penuh air
Buku-buku
Hanyut tenggelam
Dan orang-orang
Sakit
Inilah banjir
Melanda Surabaya
Bencana Banjir
Karya: Nanda Fajar Kurnia P
SDN Rungkut Menanggal II/583
Bencana banjir
Banyak sampah berserakan
Air-air turun ke jalan
Macet dimana-mana
Banyak orang kehilangan tempat tinggalnya

Air... air... air...
Kau tenggelamkan kotaku
Kotaku penuh air
Banyak warga terpaksa menyingkir


Gunung Meletus
Karya Lidia
Pelajar Sekolah Dasar
Gunung meletus
Orang-orang berhanmburan
Kau muntahkan isi di dalamnya
Dan kau keluarkan asap tebal
Membuatku sesak tak bisa bernafas
Mungkin aku salah pada Tuhan
Hingga Tuhan turunkan bencana padaku
Alangkah malangnya bila terkena muntahanmu
Dan orang-orang yang selamat saja yang bisa melihatmu dari kejauhan
Tetapi
Kau juga membawa berkah di balik semua ini
Kau suburkan lahan-lahan
Semoga Tuhan hanya memberi bencana sekali ini saja

Gunung Meletus
Karya Farisa Nur Faida Ameilia
Pelajar Sekolah Dasar
Alangkah kejamnya kau
Kau mematikan banyak orang
Aku sangat sedih mendengarnya
Oh Gunung
Aku sangat sedih pada orang-orang yang terkena abumu
Aku juga sangat sedih pada anak-anak balita

Janganlah kau meletus lagi

Puisi: Buka Naluri Dibalik Bencana Karya: Rudy

Buka Naluri Dibalik Bencana
Karya: Rudy Bencana Bencana Dan bencana Entah apa yang serupa, namanya Suara~suara gemuruh Pekik tangis jeritan pilu Menggema terus berdengung Sampai letih jiwa meratap sedih Alam yang tenang Rumput dan daun~daun hijau Pohon rindang sejuk hembusan bayu Kini tiada lagi terasa, hilang terkubur dalam Bukti merangkul nyata Tuhan menunjuk marah Namun jiwa tak bergeming salah Seakan diri benar tanpa dosa Oh...... Masihkah sadar terbenam Atau melupa bila ini bukan milik kita Buka hati naluri, bahwa Dia mengawasi 17:36 wib Dk. Kapasan II Surabaya 16/02/2014

Puisi Wajah Debu Karya: Reffi Dhinar

Wajah Debu
Karya: Reffi Dhinar 

Semalam, semarak  batu menghujani rumahmu
Nyenyakmu terganggu
Bukan interupsi yang kau tunggu

Gelegar memecah kaca
Merahnya membuatmu bertanya
“Inikah tanda Dia marah?”

Lenguh sapi dan kambing
Menemani tangis bocah
Dalam pelukan gemetarmu

Dendang kentongan bertalu
Sudah,
Segera bawa ia jauh dari abu

Dan,
Wajahmu masih tersentuh debu
Kerumunan gelisah
Bak laron yang mendatangi cahaya
Sayangnya, itu bukan sinar lampu kota
Itu Kelud
Paku bumi yang sedang terjaga

Sabtu, 08 Februari 2014

Puisi Mengupas Makna Karya Rudy Yuswantoro/Catatan Rudy

MENGUPAS MAKNA Karya: Rudy Yuswantoro/Catatan Rudy

Bersandar Bawah pohon rindang Sejuk dalam hembusan semilir angin Kicauan burung~burung menemani renungku Disini Tempatku berimanjinasi Mengupas rangkaian makna Tentang kehidupan para binatang Kebun Binatang Surabaya Biarlah tarian jari Tetesan tinta pena Mengukir dan melukismu, antara kanvas awang Dan kubawa engkau Menembus cakrawala hingga manca negara Meski jalan berliku penuh sayatan Tiada lelah mengibarkan namamu Namun pinta tertulis harap Wahai jiwa~jiwa pencinta budaya Satukan hati ciptakan kelestarian Agar membuana, mata dunia 09:47 wib Dk. Kapasan Surabaya 2013

Jumat, 07 Februari 2014

[Cerpen Tema "Save Our KBS"]:Ketika Harta di Hati karya Noevil Tragar



Kursi tua terus bergoyang. Seorang wanita yang tak lagi muda duduk santai di atasnya. Dinginnya malam membuat wanita itu kedinginan. Di sayupnya malam kadang terdengar batuk kecil dan suara kursi yang sedang menangis layaknya anak kecil, senantiasa menemaninya yang sedang menunggu anaknya tepat di depan teras yang gelap gulita. Jangankan bola lampu, dammar pun tidak menampakkan dirinya di rumah ini. Terdengar juga suara seseorang yang membawa setumpuk gorengan melewati depan rumahnya. Orang pembawa gorengan itu mempercepat langkahnya saat melewati rumah wanita tua itu, karena suasananya yang gelap gulita membuatnya takut. Wanita tua hanya bisa menangis dan berdoa kepadaNya didinginnya malam ini.

[Cerpen Tema "Save Our KBS"]: Zoo of Death karya Hanum Anggraini Azkawati


“Hei Rin,” suara Vanessa mengagetkan Ririn yang tengah sibuk menekuni laptopnya.
“Ono opo toh? Kowe iku ngaget-ngageti wae!”
Ririn membelalakan mata sambil mengelus-elus dadanya, kaget. 
“Aduh, please deh. Aku ‘kan sudah bilang sama kamu, jangan pakai bahasa Jawa kalau ngomong sama aku. Aku nggak ngerti, beneran deh!”
Vanessa menggeleng-gelengkan kepalanya. Gadis tomboy berkulit putih itu adalah saudara sepupu Ririn dari Jakarta.

Sabtu, 01 Februari 2014

Puisi "S.O.S Dari KBS" Karya Yudha Prima


S.O.S Dari KBS
Karya: Yudha Prima/ID FAM 948 U, Surabaya
Komodo itu
MATI
Phyton Reticulatus juga
MATI
Anoa itu juga
MATI
Jerapah juga
MATI
Harimau Sumatera juga
MATI
Rusa bawean juga
MATI
Bekantan juga
MATI
Buaya muara juga
MATI
Kijang Muntiacus Muntjak juga
MATI

Ah! Ah! Ah!
Satu persatu tumbang
MATI
Menjadi korban hati yang MATI
Menyisakan asa dan kenangan yang takpernah MATI
Membentangkan sebuah pesan kepada nurani-nurani yang belum MATI
Hidup-hidupkan KBS!
Jangan mencari hidup dari KBS!
SELAMATKAN KBS!
SELAMATKAN KBS!
SELAMATKAN KBS! 
Wonokromo, Surabaya, 11 April 2013

Puisi "Kau Datang, Kau Pergi" karya Ryan P


“Kau Datang, Kau Pergi”
(Puisi Anak Kecil Karya Ryan P)
Horeee . . . . .
Engkau datang
Engkau hadir untuk kami
Engkau membuat kami bahagia
                                                                        Terima kasih banyak
                                                                        Engkau telah menghibur kami
                                                                        Engkau amat lucu
                                                                        Engkau amat menggemaskan
                                                                        Meskipun ada yang menyeramkan
                                                                        Takut . . . . .
Tapi,
Engkau pergi
Engkau meninggalkan kami
Engkau membuat kami bersedih
                                                                        Mengapa engkau pergi?
                                                                        Engkau pergi karena ulah mereka
                                                                        Mereka yang tak waras itu
                                                                        Mereka jahat . . . . .
                                                                        Mereka membuatmu pergi
                                                                        Sehingga engkau punah

Puisi "Acuh" karya Vivid Habib


Acuh
Oleh: Vivid Habib

Sebenarnya aku tak ingin tahu
Tentang apa yang menimpaku
Pada awalnya, aku tak ragu
Menempati satu sudut di kotamu

Sudut yang kuanggap tenang
Namun tiba-tiba menjadi lengang
Kulihat mereka semua terpanggang
Dalam sebuah suasana yang berguncang

Aku malu bukan kepalang
Melihat mereka saling serang
Pada akhirnya, aku tak bisa berang
Dalam sebuah tubuh yang tak lagi bergoyang

/SDA/260114