Friendship
Karya:
Farica Yasmin Carmela (Siswi kelas 5A SD Roudhotul Jannah, Pepelegi, Sidoarjo)
Kulalui hidup ini
dengan penuh kasih. Tanpa ada penyesalan hati. Tanpa rasa ragu yang menundaku.
Hari ini hari Sabtu, hari yang paling tidak aku sukai. Di luar sana mungkin
banyak orang yang mengisi harinya dengan refreshing
dan semacamnya yang membuat hidupnya lebih bahagia. Tetapi aku? Tidak satupun
ada kebahagiaan yang melewatiku. Tak ada sahabat. Sepi.
Oya, perkenalkan,
namaku Aurellya. Semua sahabatku hilang, lenyap. Aku tidak tahu siapa yang tega
melenyapkannya. Sekarang aku mengikuti hari pelatihan di sekolahku. Aku masuk
kelas akselerasi. Entah kenapa nafsuku mengalir begitu saja. Tidak ada yang
pernah aku sesali. Aku sangatlah “bahagia” walaupun semua sangat sepi. Sekarang
aku duduk di bangku depan. Kuberanikan diri untuk berkenalan dengan demua teman
di setiap sudut. Ya, apalagi yang ada di dekatku adalah anak yang paling
pintar, cantik, tinggi, dan yang pasti baik.
Kumulai hari ini dengan
hari yang baru. Kubuka lembaran baru. Kubuang semua lembaran rapuh yang tak
perlu aku sesali. Ya, aku meminta supaya temanku itu bermain padaku. Namanya
Rachel. Kuajak dia ke taman, kolam renang, sampai ke rumahku. Aku sangat bangga
padanya.
“Rachel, besok kan ada acara
OSIS. Kamu bareng sama aku ya?” ajakku penuh harap.
“Ya, oke,” jawabnya
dengan senyum manis dan matanya yang sipit.
Pulang sekolah
kusempatkan untuk membeli kado sepulang sekolah. Akan tetapi apa yang terjadi?
Ah, uangku habis. Kukayuh sepedaku dengan penuh harap supaya cepat sampai ke
rumah. “Ayoooo…. Sampai…,”seruku dalam hati. Setelah sampai di rumah aku
melihat rumahku yang sangat kosong. Tampak gelap gulita. Kuberanikan diriku
untuk masuk ke dalam. Kubuka pintu kamarku dengan sangat pelan. KRIEEEEK… Pintu
terbuka. Akupun cepat-cepat mengambil uang yang ada di celenganku. Aku menelpon
Rachel terlebih dahulu. Tetapi dia malah tidak mengangkatnya. Tiba-tiba daia
menelpon balik.
“Selamat datang my best friend forever,” katanya di
telepon.
“Selamat
juga my best friend forever,” kataku
geli. Kuakhiri obrolanku. Kemudian aku berlari menuju took untuk membeli kado.
Sekembalinya aku di rumah, aku merasa semakin bahagia.
Esok pagi aku
bersiap-siap datang ke acara OSIS. Dengan penih harap supaya Rachel menerima
kadoku. Dengan rasa bahagia alu memberikan kado itu ke Rachel. Tetapi apa yang
terjadi? Dia malah mentertawanku dan mempermalukanku di depan semua orang yang datang.
“Oh, This is
friendship!” Aku harus tabah menerima semua ini. Aku pun berlari dan
menyendiri. Biar Tuhan yang membalasnya. Kujadikan semua ini menjadi lembaran
yang rapuh. Aku bahagia. Sangat bahagia. Jangan ada penyesalan. Inilah hidupku.
Aku bahagia menghadapi semua itu karena kau telah mengisi sela-sela hidupku ini.
Seperti air, kau telah menghilangkan dahagaku..