Cahaya Illahi
(Karya: Nazhifah Firyal Jasmine, siswi kelas 5C
SD Roudhotul Jannah, Pepelegi Sidoarjo)
Kubuka dan kulihat dompetku berulang
kali. Perutku terasa kian keroncongan. Entahlah, pikiran apa yang melintas di
otakku. Ah, aku membayangkan jika kupunya uang banyak, tentu tak mungkin perut
ini berbunyi.
Tiba-tiba dan tanpa berpikir panjang,
kuambil linggis dan kukenakan penutup mukaku. Aku melompat keluar sambil
menggenggam linggis, Aku berlari tapi perlahan. Celingak celinguk melihat
keadaan sekitar. Memastikan tak ada orang melintas. Kulihat rumah besar yang
sangat sunyi. Sepertinya, pemilik rumah itu sedang keluar dan tak ada satpam
yang menjaganya. Kuayunkan linggis sepelan mungkin agar tak terdengar
orang-orang. Jendela pun terbuka. Aku melompat masuk ke dalam rumah. Aku
bersembunyi di belakang TV besar. Kupastikan tak ada orang. Langsung kutarik
kabel TV itu dan kuangkat keluar. Kesuksesan aksiku terbayang di pelupuk
mataku.
Namun bayangan itu sirna. Mendadak
terdengar bunyi sirine mobil polisi berpatroli. Aku berusaha berlari sambil
membawaTV curianku. Tapi apa daya polisi patrol menmbak kaki kiriku. Aku
akhirnya jatuh terhuyung namun tetap kupaksakan berlari meski
terpincang-pincang dan kakiku mulai mengeluarkan darah. Tiba-tiba ada polisi
menghadang lariku. Hingga akupun akhirnya bisa ditangkap. Aksiku berakhir juga.
Beberapa bulan kemudian…
Di salah satu ruang penjara, aku mulai
memikirkan peristiwa demi peristiwa yang kujalani. Hampir semua media mulai
dari televisi hingga korang memuat berita tentang aksiku/ Kurenungkan lagi apa
yang kuperbuat. Kemudian muncul niatku untuk melakukan pertaubatan. Mungkin
saja Allah masih mau mengampuni semua kesalahanku.
***
Hari kebebasan tiba. Aku bahagia sekali
saat melangkah keluar dari penjara. Aku bergegas menuju sebuah masjid. Aku sudah membulatkan tekad untuk bertaubat.
Disana aku berkenalan dengan seorang ustadz yang kujumpai pada saat sedang mengaji.
Aku menghampirinya, bermaksud untuk mencuragkan semua isi hatiku.
”Assalamu’alaikum Pak Ustadz. Bolehkah
saya menceritakan sesuatu?” kataku pada ustadz itu.
“Wa’alaikumsalam. Silakan!” sabut Pak
Ustadz ramah.
Kutarik
nafasku lalu kehumbuskan perlahan/ Kubuka suara untuk bercerita.
”Begini, dulu saya pernah mencuri namun
kemudian tertangkap polisi. Beberapa bulan saya merenung hingga akhirnya
terpikir untuk bertaubat. Setelah bebas, saya pun lantas ke masjid ini, ingin bertaubat
dengan sungguh-sungguh.”
“Alhamdulillah. Bagus kalau ada
keinginan begitu. Nah sekarang, segeralah berwudhu, lalu shalat dan mengaji ,”
perintah Pak Ustadz.
Aku bergegas
melaksanakan semua yang disuruh Pak Ustadz. Terasa di hatiku sebuah petunjuk dari Sang Maha Kuasa. Kulakukan
semuanya dengan ikhlas. Kini aku bukan lagi seorang pencuri. Aku sekarang
menjad orang yang gemar beribadah dan bersedekah. Perbuatanku yang telah lalu
kujadikan lembaran hitam yang sekarang menjadi lembaran putih