Blogger Widgets

Sabtu, 01 November 2014

Cerpen Cahaya Illahi Karya Nazhifah Firyal Jasmine, siswi kelas 5C SD Roudhotul Jannah, Pepelegi Sidoarjo)

Cahaya Illahi
(Karya: Nazhifah Firyal Jasmine, siswi kelas 5C SD Roudhotul Jannah, Pepelegi Sidoarjo)
Kubuka dan kulihat dompetku berulang kali. Perutku terasa kian keroncongan. Entahlah, pikiran apa yang melintas di otakku. Ah, aku membayangkan jika kupunya uang banyak, tentu tak mungkin perut ini berbunyi.
Tiba-tiba dan tanpa berpikir panjang, kuambil linggis dan kukenakan penutup mukaku. Aku melompat keluar sambil menggenggam linggis, Aku berlari tapi perlahan. Celingak celinguk melihat keadaan sekitar. Memastikan tak ada orang melintas. Kulihat rumah besar yang sangat sunyi. Sepertinya, pemilik rumah itu sedang keluar dan tak ada satpam yang menjaganya. Kuayunkan linggis sepelan mungkin agar tak terdengar orang-orang. Jendela pun terbuka. Aku melompat masuk ke dalam rumah. Aku bersembunyi di belakang TV besar. Kupastikan tak ada orang. Langsung kutarik kabel TV itu dan kuangkat keluar. Kesuksesan aksiku terbayang di pelupuk mataku.
Namun bayangan itu sirna. Mendadak terdengar bunyi sirine mobil polisi berpatroli. Aku berusaha berlari sambil membawaTV curianku. Tapi apa daya polisi patrol menmbak kaki kiriku. Aku akhirnya jatuh terhuyung namun tetap kupaksakan berlari meski terpincang-pincang dan kakiku mulai mengeluarkan darah. Tiba-tiba ada polisi menghadang lariku. Hingga akupun akhirnya bisa ditangkap. Aksiku berakhir juga.

Beberapa bulan kemudian…
Di salah satu ruang penjara, aku mulai memikirkan peristiwa demi peristiwa yang kujalani. Hampir semua media mulai dari televisi hingga korang memuat berita tentang aksiku/ Kurenungkan lagi apa yang kuperbuat. Kemudian muncul niatku untuk melakukan pertaubatan. Mungkin saja Allah masih mau mengampuni semua kesalahanku.
***
Hari kebebasan tiba. Aku bahagia sekali saat melangkah keluar dari penjara. Aku bergegas menuju sebuah masjid.  Aku sudah membulatkan tekad untuk bertaubat. Disana aku berkenalan dengan seorang ustadz yang kujumpai pada saat sedang mengaji. Aku menghampirinya, bermaksud untuk mencuragkan semua isi hatiku.
”Assalamu’alaikum Pak Ustadz. Bolehkah saya menceritakan sesuatu?” kataku pada ustadz itu.
“Wa’alaikumsalam. Silakan!” sabut Pak Ustadz ramah.
 Kutarik nafasku lalu kehumbuskan perlahan/ Kubuka suara untuk bercerita.
”Begini, dulu saya pernah mencuri namun kemudian tertangkap polisi. Beberapa bulan saya merenung hingga akhirnya terpikir untuk bertaubat. Setelah bebas, saya pun lantas ke masjid ini, ingin bertaubat dengan sungguh-sungguh.”
“Alhamdulillah. Bagus kalau ada keinginan begitu. Nah sekarang, segeralah berwudhu, lalu shalat dan mengaji ,” perintah Pak Ustadz.
Aku bergegas melaksanakan semua yang disuruh Pak Ustadz. Terasa di hatiku sebuah  petunjuk dari Sang Maha Kuasa. Kulakukan semuanya dengan ikhlas. Kini aku bukan lagi seorang pencuri. Aku sekarang menjad orang yang gemar beribadah dan bersedekah. Perbuatanku yang telah lalu kujadikan lembaran hitam yang sekarang menjadi lembaran putih