Kursi tua terus
bergoyang. Seorang wanita yang tak lagi muda duduk santai di atasnya. Dinginnya
malam membuat wanita itu kedinginan. Di sayupnya malam kadang terdengar batuk
kecil dan suara kursi yang sedang menangis layaknya anak kecil, senantiasa
menemaninya yang sedang menunggu anaknya tepat di depan teras yang gelap
gulita. Jangankan bola lampu, dammar
pun tidak menampakkan dirinya di rumah ini. Terdengar juga suara seseorang yang
membawa setumpuk gorengan melewati depan rumahnya. Orang pembawa gorengan itu
mempercepat langkahnya saat melewati rumah wanita tua itu, karena suasananya
yang gelap gulita membuatnya takut. Wanita tua hanya bisa menangis dan berdoa
kepadaNya didinginnya malam ini.
Penantian yang tak
berujung, seperti itulah sebuah kalimat yang pas untuk wanita tua ini. Berharap
anak semata wayangnya yang sedang hamil kembali untuk menemani malam-malamnya
yang sepi. Bukan hanya malam hari, saat matahari membakar punggungnya pun tak
ada satu pun orang yang memedulikannya. Padahal hampir setiap hari orang-orang
menjenguk wanita tua ini, hanya untuk sekedar melihat penderitaannya dan ada
beberapa yang berbaik hati mengantarkan makanan.
Ke mana pergi anak
wanita tua ini? Kenapa tega meninggalkannya sendiri di rumah. Seminggu yang
lalu saat wanita tua ini sedang berbincang mesra dengan anak semata wayangnya,
mereka melihat seorang pria berbadan tegap dengan badannya dibungkusi oleh
kulit harimau, tanpa permisi memasuki rumah mereka. Perbincangan antara ibu dan
anak tersebut berhenti sejenak sembari terpaku melihat pria berbada harimau
ini. Jejak-jejak kakinya yang kasar membuat mereka berdua curiga, namun mereka
hanya bisa diam dan berdoa. Pria itu semakin mendekat hingga bau badan dan
rokoknya tercium sembari menaruh sebuah rantang berisi makanan.
“Makanan ini untukmu, Cantik.
Tidak lain karena aku sangat menyayangimu, Mbak Kiki. Aku tak mau kamu mati
karena kelaparan.”
Sebuah kepulan asap
nampak keluar diantara bibir-bibir hitamnya.
Tak tampak sedikit
kejanggalan dari pria yang tiba-tiba berbaik hati memberinya makanan. Mereka
berdua hanya bisa terpaku diam dan melihat ke arah pria yang berjalan
membelakanginya. Sesampainya pria itu di depan pagar, mereka berdua pergi
meninggalkan rantang makanan itu sendiri, dan berharap makanan itu ditelan oleh
gelapnya malam.
Seesok paginya anak
semata wayangnya itu menghilang bersama rantang makanan yang didoakan ditelan
gelapnya malam.
“Apa benar Kiki juga ditelan gelapnya malam?”
tanya wanita tua kepada dirinya sendiri.
Banyak orang
beranggapan bahwa anak durhaka itu sengaja tidak mau membagi makanan kepada
ibunya, sehingga anak durhaka itu pergi untuk sementara hingga makanannya
habis. Namun, tidak demikian dengan prasangka ibunya, yang sangat yakin bahwa
anak semata wayangnya pergi untuk mengantarkan rantangnya kepada pria semalam.
“Kasihan wanita itu ya
Mi!” prihatin Dendi yang sedari tadi hanya terpaku melihat kemalangan wanita
tua itu.
“Memangnya wanita itu
kenapa Abi?” tanya istrinya penasaran.
“Wanita tua itu
kehilangan anaknya yang masih hamil, yang ditemukan meninggal dengan mulut
berbusa. Abi curiga ada yang sengaja meracuninya, Mi!”
“Hush, Abi jangan suudzon seperti itu, tidak baik. Siapa tahu ia memang keracunan,
tapi bukan karena unsur kesengajaan suatu orang,” kilah Nona istrinya.
Tiba-tiba
muncul seorang pria berbadan gempal yang tak tahu dari mana arah datangnya,
tiba-tiba saja ada di belakang suami istri ini dan ikut berkomentar.
“Bukan itu saja yang
membuat saya tidak habis piker, Pak. Setelah kijang yang sedang mengandung itu,
kemarin seekor Komodo juga mati hampir dengan modus yang sama. Mungkinkah itu
karena faktor kecerobohan hewan tersebut,
ataukah ada orang di balik semua ini yang menginginkan satwa ini mati?”
“Tapi saya lebih curiga
bahwa ada orang di balik semua ini, yang sengaja meracuni kijang yang sedang
hamil ini. Apa mereka tidak kasihan dengan keluarga kijang yang ditinggalkan,
hingga ibu kijang tidak mau makan,” jawab Dendi.
“Iya itulah yang
terjadi, Pak, jika harta sudah diletakkan di hati.”
Pria gempal itu pergi
dan menghilang ditelan oleh ramainya pengunjung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar