Blogger Widgets

Rabu, 11 Desember 2013

Profil Ken Hanggara

Ken Hanggara (IDFAM801M, anggota FAM Surabaya) adalah nama pena dari Erlangga Setiawan. Ia lahir di Sidoarjo pada tanggal 21 Juni 1991, merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara. Kota asalnya adalah Surabaya, namun kini ia berdomisili di Pasuruan.

Ken kecil hidup dalam balutan cinta dan kasih sayang kedua orangtuanya. Rasa ingin tahu akan buku pelajaran milik kakaknya, membuat Ibunya tak sanggup lagi meredam ‘kenakalannya’. Maka, sejak berumur tiga tahun ia sudah bisa membaca beberapa huruf setelah diajari oleh Ibunya—meski terbata-bata. Dari buku warisan kakak tertuanya, serta beberapa buku cerita pemberian ibunya, Ken kecil menemukan hobi barunya. Hobinya yang lain adalah menggambar. Jadilah saat duduk di bangku taman kanak-kanak ia menyandang dua hobi sekaligus, dan sering menjuarai lomba melukis untuk anak-anak—baik itu tingkat kampung, sekolah, maupun kabupaten. Namun hobi menggambarnya perlahan hilang saat ia menginjak sekolah dasar.

Kegemarannya membaca terus berlanjut. Dari membaca buku cerita bergambar, ia mulai menyukai ensiklopedia. Bahkan koran yang sehari-hari dibaca sang kakek, ia juga membacanya. Di antara seluruh anggota keluarga, hanya dia, kakek, dan ayahnya yang suka membaca. Koleksi kaset musik era 80-90an milik ayahnya, raket hadiah dari ibunya, serta kegemarannya menonton film kartun dan komedi, membuatnya bercita-cita menjadi seorang atlet bulu tangkis, musisi, dan bintang film. Sayangnya, sang kakak yang selama ini menjadi lawan tanding, menaruh raketnya, sementara kawan-kawan bermainnya lebih menyukai sepak bola. Maka ia tak lagi mampu mengasah permainannya. Namun obsesi menjadi musisi dan bintang film tak pernah lenyap. Hobi membacanya juga tak pernah pudar.

Masa SMA tanpa sengaja membawanya menjadi seorang yang mencintai dunia tulis-menulis. Dari situlah hobi menulisnya dimulai, meski berupa lembaran-lembaran kertas dan sedikit teman dekatnya yang tahu. Ia hanya menyimpan tulisannya, tanpa berniat mengirimkan ke media masa atau diikutkan ke lomba kepenulisan.

Lulus SMA, Ken merantau ke Jakarta. Saat ini ia pekerja lepas (freelance) untuk model iklan dan sinetron. Karena satu dan lain hal, ia pernah melamar pekerjaan di sebuah perusahaan yang menjual alat bantu kesehatan mata dan telinga. Namun beberapa bulan kemudian ia mengundurkan diri karena tidak menemukan kebahagiaan. Di sela-sela kesibukan, ia tak pernah melewatkannya tanpa membaca, terutama novel. Dari situlah akhirnya ia sadar bahwa hobi menulis yang terlanjur melekat padanya sejak SMA itu, tak semestinya dibiarkan begitu saja. Diam-diam ia takut hobi menulisnya itu hilang tanpa menyisakan jejak. Entah apa yang membuatnya berpikir demikian. Dalam keadaan yang serba sulit, ia tanamkan dalam hati mimpi keduanya: ia ingin menjadi penulis. Maka jika ada waktu luang, ia pergi ke warnet. Mengetik satu-dua halaman untuk disimpan dalam flashdisk, karena ia tak punya laptop. Sejak itu uang honor syuting ia tabung untuk membeli sebuah laptop.

Di tengah perjuangannya itu, ia lalu mencari berbagai komunitas penulis di internet serta mengikuti berbagai lomba kepenulisan (ini berawal sejak Mei 2012). Ia pun mengenal wadah kepenulisan nasional Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia. Kini, ia tergabung di dalamnya. Bersama ribuan penulis muda Indonesia, ia bertekad untuk mengibarkan bendera FAM di puncak Everest. Hingga detik ini, puluhan cerpen dan puisinya tersebar dalam puluhan buku antologi bersama dan media lokal. Beberapa prestasi menulis juga pernah diraihnya. Ia menyelesaikan dua buku solo pertamanya secara bersamaan di akhir November 2012. Keduanya telah terbit, antara lain: "Dermaga Batu" (FAM Publishing, 2013) dan "Jalan Setapak Aisyah" (FAM Publishing, 2013). Buku terbarunya insya Allah akan terbit di awal tahun 2014. 

Cita-cita terbesarnya adalah memberangkatkan haji kedua orangtuanya. Pemuda penggemar musik pop dan jazz ini kini tengah berproses menggali makna lebih dalam melalui untaian aksara. Satu hal penting yang ia yakini dalam kecintaannya pada menulis dan sastra adalah: "Pembelajaran menuju 'kesempurnaan' karya itu tidak pernah ada ujungnya. Sebab sastra adalah seni yang tercipta dari pengalaman batin, dari waktu ke waktu."
:

1 komentar: